Sabtu, 09 Juni 2012

“You’re The Only One”


Youre The Only One

Satu-satunya hal yang dapat mempersatukan dua hati yang berbeda dalam satu harapan, satu kebahagiaan dan satu keindahan. Cinta...!! kupilih kau, satu dari seribu yang terbaik.
***
Musim panas segera berakhir menyambut datangannya musim gugur. Dedaunan yang semula berwarna hijau kini mulai menguning dan mengering di pohon. Daun-daun tersebut hanya sedang menunggu saat-saat mereka akan jatuh ketanah, ataupun terbang jauh terbawa angin di musim gugur nanti.
            Ji Young terdiam sesaat setelah mengamati beberapa pohon yang tak lama lagi akan kehilangan semua daunnya. Beberapa saat berlalu. Sebuah daun yang sudah mengering jatuh dari pohonnya, tepat di pangakuan Ji Young yang sedang duduk dikursi taman.
Dalam hati ia bergumam, “akan seperti inikah aku??”.
Ji Young masih menatap pohon yang nampak telah tak membutuhkan daunnya lagi. “kenapa pohon ini tetap nampak kokoh meskipun ia akan segera kehilangan semua daunnya??”. Ji Young kembali bergumam. Tersenyum. Hanya itu yang dapat Ji Young lakukan dan segera berlalu meninggalkan kursi taman yang nampak lengah.
***
            “Ji Young”. sembari mengangkat kepalanya.
            “Gong Chan, senang bekenalan denganmu”. Jawab namja itu ramah.
            “aku juga senang dapat berkenalan denganmu”.
            Gong Chan tersenyum. “apakah kau sudah merasa tenang sekarang??”.
            “ne~, semuanya mulai membaik”. Ji Young mencoba tersenyum lepas tanpa perasaan terpaksa.
            “syukurlah”. Gong Chan tersenyum lega. Ji Young berterima kasih.
            Ji Young hanya menaggukkan kepalannya. “Channie-ah, gomawoyo”.
            “ne~, cheomaneyo. Aku juga tak benar-benar membantumu. Aku hanya kebetulan ada disaat kau membutuhkan.”
            Ji Young dan Gong Chan memang pernah bertemu sebelumnya. Ditempat yang sama, hanya saja di kesempatan dan keadaan yang berbeda.
***
            Angin berhembus lembut. “kau beritahukan segala hal yang bahkan tak pernah terfikirkan olehku”. Yeoja itu menatap kosong daun-daun kering yang berjatuhan.
“tapi kenapa semua yang kau katakan itu berkebalikan dengan apa yang terjadi”. Air mata yeoja itu terus mengalir.
            “kau bilang kau tak akan meninggalkanku. Kau bilang kau akan selalu bersamaku selamannya”. Dengan nada lirih. Yeoja itu kembali tak dapat menahan tangisnya.
***
Sesampainnya dirumah, Ji Young menatap cermin besar yang berada dikamarnnya. Ia bertanya pada sosok yang ada didepannya yang nampak sama persis dengan dirinnya.
“mengapa ini sangat berat, mengapa??”. Air matanya pun menetes tanpa ia sadari. Suasana menjadi hening, Ji Young mencoba menyeka air matanya.
Didinding kamar Ji Young nampak sebuah lukisan yang digantung terbalik. Ia tak pernah mau membalik lukisan tersebut. Ji Young hanya beralasan di dalam lukisan tersebut terdapat gambar dirinya ketika ia masih kecil, dan itu membutannya merasa malu.
Dirumah Ji Young tinggal bersama sepupunnya, Mae Rin. Mereka tinggal bersama sejak keduannya memutuskan untuk kuliah di universitas yang sama.
Mae Rin membuka pintu kamar Ji Young yang tampak tak terkunci, dan segera memanggilnnya. “Ji Young-ah...!!, apakah kau dikamar”. Teriak Mae Rin. Ia pun masuk ke kamar Ji Young dan segera mengahapiri Ji Young yang sedang duduk bersandar di dinding.
Ji Young hanya diam lalu mengangkat kepalannya dan mengalihkan pandangannya ke arah Mae Rin.
“gwaenchanayo??”. Mae Rin segera mengahampiri Ji Young dan segera memeluknnya.
“ini menyakitkan, sungguh menyakitkan”. Ji Young meneteskan air mata.
“Useobwa!!”. Mae Rin mengangkat kepala Ji Young lalu menghapus air matanya.
Ji Young kembali hanya dapat meneteskan air matanya, dan tak berkata apapun.
Mae Rin menggenggam tangan saengnnya itu dan menyemangatinnya sembari berkata, “Fighting.....!! Ji Young-ah”. Kemudian menyeka air mata Ji Young.
Ji Young menghembuskan napas panjang. Mae Rin mengangkat tubuh Ji Young dan kembali memeluknya.
“tuhan pasti akan mengembalikan kebahagiaanmu”. Jelasnya.
Ji Young tersenyum. “semoga...!!”. ia berharap apa yang eonnie-nya katakan itu benar.
***
Gong Chan memang belum menjadi seorang pelukis yang handal. Ini adalah kali pertama Gong Chan mencoba melukis. Ia sedang melihat sepasang kekasih yang sedang berkencan di taman. Lalu ia mencoba melukisnya.
Selesai. Gong Chan berniat menghadiahkannya pada sepasang kekasih yang terlihat sedang merayakan hari jadi mereka. Pasangan bahagia itu tengah sibuk dengan kencan mereka.
Terlihat namja itu sekarang sedang duduk sendirian menunggu pacarnya selesai bersembunyi dibalik pepohonan, lalu kemudian ia akan mencarinya.
“haaaaaannnnnaaaa...., duuuuuuulllllll......., seeeeeeetttt....., neeeee......”. segera hitungan namja itu terhenti ketika Gong Chan menghampirinya.
“permisi.........!!”.
“ne~ mwoyo??”.
“mian mengganggu. Aku hanya ingin memberikan ini”. Gong Chan mengulurkan lukisannya.
Namja itu terkejut ketika melihat ternyata yang berada dalam lukisan tersebut adalah ia dan yeojannya. “ahh~ Gomawoyo!!”. Ia tersenyum pada Gong Chan.
“ne~ terimalah itu. Anggap saja sebagai hadiah dariku dihari jadi kalian”. Gong Chan tersenyum dan segera berlalu.
“jeongmal gomawoyo..!!”. Sembari membungkukkan tubuhnya.
Dari kejauhan Gong Chan tersenyum ringan. Sang yeoja bingung menunggu kekasihnya tak kunjung mencarinya yang telah susah payah bersembunyi di balik pohon. Padahal mereka tadi sedang main petak umpet.
Sang yeoja-pun lalu menghampiri kekasihnya yang masih duduk dikursi taman, kini dengan sebuah lukisan di tangannya. Namja itu menunjukkan hasil lukisan Gong Chan pada yeojanya.
Yeojanya tersenyum bahagia, melihat sang kekasih memberikan ia lukisan yang didalamnya terdapat gambar mereka di hari jadinya. Mereka berpelukan dan larut dalam kebahagian.
***
Waktu berlalu begitu cepat. Pertemuan yang terjadi tanpa disengaja itu-pun, berakhir dalam sebuah persahabatan. Kini Gong Chan dan Ji Young menjadi sahabat baik yang begitu akrab.
Selalu bersama. Membuat keduanya larut dalam waktu demi waktu yang berjalan begitu sempurna. Beserta kebahagiaan yang terus mereka lalui setiap harinya. Gong Chan tak tau bagaimana yang dirasakan Ji Young, namun ia tahu kini ia menyukai Ji Young.
Gong Chan pernah sempat menyatakan perasaannya pada Ji Young. Namun Ji Young tak merasakan hal yang sama.
“Ji Young-ah, bisakah aku bicara dengan mu sebentar.” Tanya Gong Chan.
Ji Young melangkah mendekati Gong Chan. “Ne~ mwoyo??”.
“mungkin ini terlalu cepat, namun ini-lah yang aku rasakan. Ji Young-ah nae johaeyo..!!”.
“a..a..a..”. Ji Young mendadak terbata-bata.
“wae....??”.
Ji Young mengalihkan pandangannya kesegalah arah. Ia bingung harus menjawab apa.
Gong Chan menahan pipi Ji Young dengan kedua tangannya. Ia mencoba memfokuskan tatapan Ji Young padanya, dan kembali bertanya.
“eotte...?? Apakah kau juga merasakan hal yang sama??.
Ji Young melepaskan tangan Gong Chan dari kedua pipinya lalu menundukkan kepalanya.
“Channie-ah mianhaeyo, kau salah. Kukira kita hanya akan tetap bersahabat seperti ini, selalu bahkan selamanya”.
“wae, waeyo. Kenapa kita hanya bisa bersahabat. Tidak dapatkah lebih dari itu”.
Ji Young menatap Gong Chan dengan tatapan yang mulai berkaca-kaca. Lalu segera menundukkan kembali kepalannya sebelum air matanya mulai jatuh.
“jika telah tiba saatnya kau akan tau dengan sendirinya”.
Ji Young-pun segera berlalu dengan terlihat menahan tangis. Ia ingin mencoba menahan Ji Young, namun semua yang Ji Young lakukan pasti ada alasannya. Saat ini mungkin semuanya terlalu cepat bagi Ji Young.
***
            Cuaca sangat terik siang ini. Ditaman nampak kembali sepasang kekasih bahagia itu kembali berkencan. Tak lama kemudian, cuaca yang semula begitu terik berubah mendung.
 Tetesan-tetesan air hujan mulai berjatuhan membasahi sekitar taman. Setelah beberapa menit hujan menguyur seisi taman, rintik-rintik air-pun berhenti membasahi bumi.  Dilangit kini malah nampak lengkungan berwarna-warni.
            Pasangan bahagia itu tak sedikit-pun melewatkan pemandangan indah ini. Terlihat sang namja begitu antusias ketika melihat pelangi, sedangkan si yeoja terlihat biasa saja.
            Namja itu-pun berkata pada yeojanya, “chagiya... coba lihat kelangit bukankah itu indah”. Sambil menunjuk kearah pelangi.
            Dengan ekspresi datar si yeoja-pun menjawab, “ani...!! itu biasa saja”.
            “mwo.. apakah kau tak menyukai pelangi??”.
            “ne~!! Waeyo.....??”. Jawab yeojanya singkat.
            “mana bisa seseorang tidak menyukai hal indah semacam itu??”.
            Si yeoja-pun memanyunkan bibirnya lalu menjawab kata-kata kekasihnya itu. “yaaa chagiya, mana bisa lengkungan serupa itu kau bilang cantik”. Tegasnya.
            “kanapa kau begitu tak menyukai pelangi??”.
            Dengan ekspresi yang masih nampak datar. “mana bisa muka cemberut dilangit kelabu serupa itu harus aku sukai”. Ia kembali memanyunkan bibirnya.
            “Chagiya, dengarkan aku”.  Sang kekasih itu-pun merangkul yeojanya dari belakang. Lalu ia memegangi kedua pundak yeojanya dan mengarahkannya tepat didepan pelangi.
“lihat itu, lengkungan itu berwarna-warni. Tidakkah kau tau bagai mana ia terbentuk, bagaimana muka cemberut yang kau bilang itu terbentuk”. Sembari menunjuk ke arah pelangi.
            “ani...!!”. yeojanya hanya mengeleng-geleng.
“Jadi kau mau tau??”.
“ne~ eotte?? bagaimana ia terbentuk??”.
“Chagiya taukah kau jika pelangi itu hanya terbetuk dari setetes bening air hujan”. Yeojanya masih terdiam. Ia melanjutkan kalimatnnya.
“tetesan bening air hujan tersebut hanya disinari oleh sinar matahari, namun kemudian ia dapat mengahsilkan warna-warna yang indah seperti yang kita lihat”.
Namja itu-pun menghela napas panjang sejenak. Lalu tersenyum pada yeojanya.
“Bukankah semua itu sangat sederhana, sesuatu yang sangat cantik itu hanya diciptakan oleh hal yang bahkan kita anggap tak mungkin bisa menciptakan hal seperti itu”. Namja itu mencoba memperjelas apa yang ia maksud.
“itu sama halnya dengan mengapa aku menyukai dirimu”. Sang namja-pun memegangi pipi si yeoja dengan kedua tanganya, lalu menatap matanya.
“Kecantikan atau keindahan seseorang sebenarnya bukan dari apa yang bisa kita lihat, melainkan dari bagaimana cara ia menciptakan kecantikan tersebut. Karena kecantikan utama seseorang adalah cantik dari hatinya. Dan semuanya itu aku temukan didirimu. Kau tak hanya cantik dari apa yang bisa aku lihat, tetapi hatimu-pun begitu”. Jelas sang kekasih pada yeojanya, dan diakhrinya dengan menyentuh hidung yeojanya itu dengan ujung jari telunjuknya.
Yeojanya-pun tersenyum, dan sempat kaget ketika sang kekasih menyentuhkan ujung jari telunjuk ke hidungnya.
***
 Seorang yeoja duduk dikursi taman yang hening dengan selembar daun kering di tangannya. Ini kali keduanya Gong Chan melukis. Setelah kanvas putihnya berubah menjadi penuh akan warna, Gong Chan mencoba untuk menunjukkan hasil karyanya dan meminta pendapat pada yeoja yang telah bersedia menjadi objek lukisnya itu.
Gong Chan menepuk pundak yeoja itu, dan menyapanya. “heii...”.
Yeoja itu menyeka air matanya, lalu menoleh kearah Gong Chan dengan tatapan kosong.
“gwaenchanayo..??”.
Yeoja itu hanya berkedip. Matanya nampak mulai kembali berkaca-kaca, lalu ia menundukkan kepalanya. Air matanya menetes perlahan.
“pleeeettttaaaaakkkk...”. spontan lukisan yang Gong Chan sengaja bawa untuk ia tunjukkan pada yeoja yang sedang berada didepannya itu terjatuh.
Yeoja itu menghembuskan napas panjangnya dengan sangat berat. Ia mengangkat kepalanya sembari menyeka air mata yang terus saja mengalir.
“ah~ mi mi miiiaa mianhaeyo, aku tak bermaksud mengganggumu”. Gong Chan merasa sangat bersalah.
Yeoja itu menagngkat lukisan yang sepat terjatuh tadi. Dipandanginya lukisan yang di dalamnya terdapat gambar seorang yeoja yang tengah sendirian di taman yang sepi.
“apakah ini aku??”.
“ne~, sebenarnya aku kesini memang bermaksud untuk membeikanmu lukisan ini”.
Yeoja itu terlihat mencoba membalas senyum Gong Chan. “ahh gomawo, jongmal gomawoyo”.
Gong Chan kembali tersenyum. “ne~ cheonma. Bagaimana pendapatmu??”.
“bagus, bagus sekali. Apakah kau melukisnya sendiri??”.
“iyaaaaa, aku sendiri yang melukisnya”. Gong Chan tertawa.
Yeoja ikut tertawa melihat Gong Chan yang bertingkah aneh.
Rasa lega merayapi hati Gong Chan. Akhrinya ia dapat melihat yeoja itu kembali merasa senang.
Hanya senyum-senyum kecil yang masih tersisa. “hmm. gomawo jeongmal gomawoyo. Terima kasih untuk semuannya”. Ungkap yeoja tersebut lalu berpamitan pulang.
“ne~ cheonma, senang dapat membuatmu tersenyum”. Tukas Gong Chan sembari menatap yeoja yang mulai menjauh itu.
***
            Ji Young menutup pintu kamarnya. Ia terduduk lemas dilantai. Matanya tak lepas akan lukisan yang sengaja ia gantung terbalik dikamaarnya.
            “begitu sulit untuk dapat aku ketahui semua ini, bukankah aku begitu jahat”. Gerutu Ji Young.
            Ji Young berbohong. Ia tak benar-benar berharap ia akan selamanya bersahabat dengan Gong Chan. Meskipun ia tak juga berharap Gong Chan mengulang kalimat yang ia lontarkan pada Ji Young tadi.
            Bayang-bayang kesedihan kembali menyelimuti hati Ji Young. Air mata-pun membasahi pipinya. Ponsel-nya berdering. Jin Young oppa, begitulah nama yang tertulis dilayar ponselnya. Sesegera mungkin Ji Young menyentuh tombol berwarna hijau dilayar ponselnya.
            “yabeohaseyo??”.
            “yaaa, Ji Young-ah. Gwaenchanayo??”. Tanya oppa cemas.
            “aniyo, aku baik-baik saja. Waeyo??”.
            “aku hanya menghawatirkan keadaanmu. Kemarin Mae Rin menelponku dan ia bilang keadaanmu kurang baik”. Dengan nada cemas.
            “ahhhh...”. Ji Young memindahkan ponsel ke telinga sebelahnya.
            “yaaa... yaaa... yaaa... Jung Ji Young-ah apakah kau baik-baik saja??”.
            “ne~ oppa. Aku baik-baik saja. Mae Rin Eon terlalu berlebihan. Aku tidak apa-apa.”
            Jin Young oppa menghela napas panjang. “syukurlah kau baik-baik saja, kami disini sangat mencemaskanmu”.
            Ji Young menyeka air mata yang tanpa ia sadari tejatuh begitu saja. “apa kabar eomma dan appa??. Apakah mereka baik-baik saja??”.
            “mereka baik-baik saja disini. Yaaaaaaa!!! kenapa hanya eomma dan appa, apakah kau tak merindukan aku??”. Tanya oppa kesal.
            “hihihiiihiii”. Ji Young tertawa kecil. “aku tau kau tau kau pasti baik-baik saja oppa, dari itulah aku tak menannyakan kabarmu”. Ji Young kembali tertawa kecil.
            “hahahaa, iyaaa kau benar adikku sayang. Aku sangat merindukanmu disini”. Goda oppa.
            “aku-pun merindukanmu oppa. Kapan kau akan datang menemuiku disini??”. Ji Young berharap.
            “secepatnya, akan aku usahakan”. Oppa meyakinkan.
            “yeeeeiiiyy...!! jangan lupa bawakan aku oleh-oleh yang banyak..!!”. Ji Young memaksa.
            “siaaaaaaappppp”.
            “oppa, jangan lupa sampaikan pada eomma dan appa agar mereka segera kesini mengunjungiku. Oke!!”. Tambah Ji Young.
            “baiklah adikku yang cantik”. Oppa tertawa kecil. “maafkan aku Ji Young-ah oppa harus menutup telponnya, secepatnya oppa akan lembali menelponmu. bogoshipeoyo Ji Young-ah”. Oppa mengakhiri telponnya sore itu.
            “nado~ oppa”.
***
            Sepasang kekasih itu kembali merajut indah cinta mereka di taman. Namun kali ini tak nampak senyum ceria yang biasannya terpancar dari wajah sang namja.
            “chagiya, apakah kau mencintaiku??”. Goda si yeoja pada kekasihnya.
            “ne~ aku bahkan sangat mencintaimu”. Kecupan hangat-pun mendarat dipuncak kepala si yeoja.
            Sang kekasih menanyakan sesuatu hal pada yeojanya. “jika suatu saat aku pergi meninggalkanmu, apakah kau akan sedih atau malah marah padaku??”.
            Si yeoja tersenyum menatap sang kekasih. “jika suatu saat kau harus pergi meninggalkan aku, karena sesuatu hal yang aku tak harus tau. Aku siap!!”. Sembari memeluk erat sang kekasih.
            Air mata sang kekasihpun menetes tanpa ia sadari. Yeojanya mencoba menyeka air mata yang masih mengalir dipipi kekasihnya.
            “chagiya waeyo??, kenapa kau menangis”.
            Sang kekasih-pun mengacak-mengacak rambut bagian atas kepala si yeoja. “tidak aku tidak akan meninggalkanmu”. Ia mencoba meyakinkan si yeoja.
            Si yeoja-pun ikut meneteskan air matanya. “ne~ aku tau kau tak akan meninggalkanku”. Sembari tersenyum.
             Sang kekasih menyeka air mata si yeoja. Kemudian ia bersanadar di bahu si yeoja. “huuuuuhhhhhhh”. Ia menghembuskan napas panjang lalu menutup kedua matanya.
***
            Hari ini Seoul nampak sedang sangat bersahabat. Langit nampak sangat terang, matahari nampak tak begitu terik serta awan-awan bertebaran begitu indah dilangit. Gong Chan sengaja mengajak Ji Young pergi ke taman hari ini. Gong Chan hanya ingin mengingat ketika pertama kali ia dan Ji Young bertemu.
Namun tiba-tiba langit menjadi gelap dan, “brssssssssss.....”. sesegera mungkin Gong Chan menarik tangan Ji Young kemudian berteduh dibawah sebuah pohon. 
“huhhhhhh untung saja”. desah Gong Chan sembari mengacak-acak rambut bagian atas kepala Ji Young.
“yaaaa~”. teriak Ji Young sambil kembali merapikan rambutnya.
“mwoyo??”. Gong Chan bertingkah seakan-akan dia tak melakukannya.
Masih dengan tapatan sinis dan mata yang memicing Ji Young kembali merapikan rambutnya.
“hahahahaaaa.. hahahahhaa...”.  Gong Chan tertawa begitu lepasnya.
“Channieeeeeee-ah....!!” teriak Ji Young pada Gong Chan yang masih asyik tertawa  sambil membalas kelakuan jahilnya tadi.
“ya... yaa... yaaaaa”. Gong Chan kembali tertawa ketika melihat Ji Young yang tak berhasil meraih puncak kepalanya untuk membalas perbuatan jahilnya pada Ji Young tadi.
“aiiisssshhh” Ji Young memukul-mukul lengan Gong Chan karena kesal tak bisa mengacak- acak rambutnya.
Kesalan Ji Young memuncak. Sampai-sampai hampir terspeleset karena licinnya trotoar tempat mereka berteduh akibat terkena aliran air hujan yang kini mulai mereda. Untungnnya dengan Sigap Gong Chan segera memegangi tubuh Ji Young.
Suasana hening. Masih memegangi Ji Young yang hampir terjatuh. Gong Chan dan Ji Young tampak saling menatap mata satu sama lain. Mereka berdua hanya diam mematung.
Dari mata Gong Chan terlihat jelas bahwa ia tak pernah berbohong dengan apa yang ia ucapkan. Gong Chan benar-benar menyukai Ji Young. Dari mata Ji Young pun terlihat jika ia juga menyukai Gong Chan hanya saja ia takut untuk mengakuinya.
“tesss...” tetesan air hujan yang mulai mereda menetes di antara Gong Chan dan Ji Young dan sontak langsung membuyarkan suasana hening.
“aa..aa..hh”. Ji Young dengan segera mengatur keseimbangan dan langsung melepaskan tangan Gong Chan.
“o..oo.hh”. Gong Chan menggaruk-garuk kepala yang tak terasa gatal.
Keduannya terlihat salah tingkah sampai-sampai mereka beberapa kali mengucapkan kalimat secara bersamaan.
“yaaaaaa..”. Gong Chan dan Ji Young dengan kompak saling melontarkan kata tersebut kepada satu sama lain.
Hening menyelimuti sekitar Gong Chan dan Ji Young.
“ehmm sudah kau saja yang duluan”. Gong Chan salah tingkah.
“ahhhh tidak-tidak. Channie-ah kau saja yang duluan”.
“tidak-tidak bukankan perempuan harus selalu didahulukan”.
“kau saja duluan”. Ji Young juga terlihat salah tingkah.
Hening kembali menghampiri. Tiba-tiba keduanya kembali membuka mulutnya dan sontak mengucapkan kata-kata yang sama.
“tadiiiii...”. kata itulah yang kembali terucap secara bersamaan oleh Ji Young dan Gong Chan.
Keduannya saling melihat kearah satu sama lain dan hanya tersenyum setelahnnya. Gong Chan melihat ke langit. Sebuah lengkungan berwarna-warni kini menghiasi langit yang sesaat tadi berwarna kelabu.
“lihat itu”. Gong Chan secara spontan mengucapkan kalimat itu sambil menunjuk kearah pelangi tersebut.
Ji Young menghembuskan napas dengan berat.
“bukankan itu terliahat sangat cantik”. Gong Chan tersenyum ke arah Ji Young.
“mwoyo...??”. Ji Young menatap Gong Chan yang masih nampak tersenyum.
“yaaa pelangi itu, kau lihat ia sangat cantik bukan”.
Dengan tatapan sinis Ji Young menyela perkataan Gong Chan. “mana bisa sebuah lengkungan serupa itu kau bilang cantik.
Gong Chan hanya diam terpaku menatap  wajah Ji Young yang nampak tak menyukai pelangi. Sebuah senyum sinis dilontarkan Ji Young pada Gong Chan.
“wae?? kenapa kau tak menyukai pelangi??”. Ji Young menundukkan keapalannya.
“melihat pelangi, hanya menambah buruk keadaan hatiku saja”. Dengan nada lirih.
“mwo?? apa maksudmu??”.
Ji Young masih menundukkan kepalannya dan diam tak berkata apa pun.
Gong Chan masih terpaku manatap Ji Young. Kemudian ia mencoba menjelaskan sesuatu hal pada Ji Young. Ia berharap setelah mendengar ini Ji Young akan menyukai pelangi.
“Ji Young-ah, taukah kau jika pelangi itu hanya terbetuk dari setetes bening air hujan”. Ji Young masih terdiam.  
“tetesan bening air hujan tersebut hanya disinari oleh sinar matahari. Namun,” Gong Chan diam sejenak.
“namun kenapa??”. Tanya Ji Young.
“namun kemudian ia dapat mengahsilkan warna-warna indah seperti yang bisa kita lihat. Bukankah semua itu sangat sederhana. Hal yang begitu cantik itu, hanya diciptakan oleh hal yang bahkan kita anggap tak mungkin bisa menciptakan sesuatu yang cantik seperti itu”.
Ji Young mengkerutkan keningnya. Gong Chan kembali melanjutkan kalimatnya.
“itu sama halnya dengan mengapa aku menyukai dirimu”. Nada suara Gong Chan mulai merendah. Ji Young spontan menoleh kearah Gong Chan, dan kembali menundukkan kepalanya.
 “Kecantikan atau keindahan sebenarnya bukan dari apa yang bisa kita lihat. Melainkan dari bagaimana cara ia menciptakan kecantikan tersebut. Karena kecantikan utama seseorang adalah cantik dari hatinya”. Gong Chan menghela napas.
 “Dan semuanya itu aku temukan didirimu, kau tak hanya cantik dari apa yang dapat aku lihat tetapi hatimu pun begitu”. Jelas Gong Chan.
Ji Young mengangkat kepalannya dan menatap kearah Gong Chan dengan perasaan heran. Sejenak seisi kepala Ji Young dipenuhi kembali dengan kanangan-kenangan masa lalunya.
Pandangan Ji Young pun sempat berubah. “apakah yang kulihat ini benar?? ia seolah-olah sedang seseorang yang selalu ia rindukan??”. Ji Young masih menatap wajah Gong Chan dengan tatapan  penuh tanda tanya. Ji Young tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. 
“apakah benar. Apakah semuanya ini benar”. gumam Ji Young dalam hati sembari menatap Gong Chan. Gong Chan menatap balik Ji Young dengan tatapan bingung dan aneh.
Seucap kata keluar dari mulut Ji Young, “kenapa bisa kau berkata hal yang sama seperti itu”.
“mwo..??”.
“kenapa...?? kenapa bisa kau berkata hal sama seperti yang seseorang pernah katakan pada ku”.
“hahhhhh”.
Ji Young menatap Gong Chan dalam-dalam sehingga tanpa ia sadari air mata pun mengalir perlahan dipipinya. Kemudian Ji Young pun langsung mengalihkan pandangannya dan segera menyeka air matanya.
“kata-kata yang sama, apakah mareka berdua adalah orang yang sama”. gumam Ji Young dalam hati.
“kanapa kau menagis??”. tanya Gong Chan.
“tidak, aku hanya sedang merindukan seseorang. Ia pergi meninggalkanku begitu saja”. Ji Young menundukkan kepalanya.
Gong Chan mengangguk. “ah~ maafkan aku mengingatkanmu kembali”.
“gwaenchanayo, aku baik-baik saja”. Ji Young mengangkat kepalanya lalu tersenyum.
***
Pasangan kekasih itu tak nampak lagi di taman. Terakhir Gong Chan melihat pasangan itu ketika sang kekasih nampak sedang manyandarkan kepalanya di bahu si yeoja. Ketika itu si yeoja berkali-kali menggerakkan tubuh sang kekasih berusaha membangunkannya, namun ia tak kunjung membuka matanya.
            Air mata si yeoja tak henti-hentinya mengalir dengan begitu derasnya. Ia memeluk erat kekasihnya yang telah lelap tertidur bersama semua mimpinya. Selamannya.
***
Dengan penasaran Gong Chan kembali bertanya pada Ji Young. “kenapa kau sangat membenci pelangi??”. 
Ji Young menundukkan kembali kepalannya. “yang ia katakan itu tak sesuai dengan apa yang terjadi. Apalagi setelah ia pergi meninggalkanku untuk selama-lamannya”. Ji Young berusaha menahan air matanya.
 “Maka bagiku saat pelangi muncul hanya membuat suasana hatiku kian memburuk. karena ia tak sama sekali cantik ia bahkan nampak seperti sebuah wajah cemberut yang menghias langit kelabu”. Kembali air mata Ji Young menetes tanpa ia sadari.
“apa maksudmu??” Gong Chan mulai menyadari bahwa yeoja yang berada di hadapannnya ini pernah mengalami kejadian buruk dimasa lalunnya.
“iyaa pelangi itu tak cantik, ia hanya menggambarkan muka cemberut di langit kelabu”.
“kau salah, Ji Young-ah”.  potong Gong Chan.
“maksudmu apa..??”. Ji Young nampak tak menyukai pendapat Gong Chan.
“itu bukan wajah cemberut. Itu adalah senyum, senyum yang terbalik”. Gong Chan tersenyum pada Ji Young.
“yaa itu berarti sama saja, Channie-ah”. Ji Young menyimpulkan.
“ibuku pernah berkata padaku. Jika suatu saat ia pergi meninggalkanku untuk selama-lamannya, hal yang tak boleh aku lewatkan adalah melihat  pelangi”. Jelas Gong Chan.
“waeyo, kenapa dengan pelangi??”. Ji Young nampak penasaran.
Gong Chan menghela napas. “karena saat pelangi itu muncul maka saat itulah ibuku sedang memberitahukan kabar, bahwa ia baik-baik saja. Bahkan ia menunjukkan senyumnnya padaku”. Gong Chan tersenyum lembut pada Ji Young.
  Ji Young hanya bisa terdiam dalam keheningan. Dan kembali meneteskan air matannya. Gong Chan yang berada di depan Ji Young mencoba menyeka tetes demi tetes air mata yang mengalir dipipi Ji Young. Gong Chan tahu dengan jelas jika saat ini  Ji Young sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa  yang Gong Chan katakan itu benar.
***
                Kenapa kau bisa menyembunyikan semuanya dariku. Selama ini kau menyimpannya sendiri. Bahkan aku, kekasihmu sendiri tak mengetahui tentang penyakit yang selama ini kau derita. Leukimia, bukankah itu terlalu sakit untuk kau rasakan sendiri. Terlalu sulit untuk kau simpan sendiri
            Aku tau yang kau lakukan adalah yang terbaik untukku. Tetapi chagiya, semuannya juga tak membaik dengan kau merahasiakan semuanya dariku. Aku sangat terpukul dengan kepergianmu yang begitu cepat, bahkan tanpa sempat kau ucapkan selamat tinggal padaku. Kau sengaja menyuruh aku agar menyimpan lukisan tersebut, agar kau selalu bersamaku.
            Jadi biarkan air mata ini tetap mengalir. Dan biarkan aku mencintaimu selamanya.
***
Ji Young merapikan kamarnya. Ia mencoba membalik kembali lukisan yang ada didalam kamarnya itu. Ji Young menahan air matanya. Di dalam lukisan tersebut terdapat gambar sepasang kakasih yang tengah larut dalam indahnnya cinta.
Gambar tersebut berlatarkan sebuah taman, dimana ada sebuah kursi taman dan beberapa pohon yang nampak mulai kehilangan daunnya. Gambar itu sengaja Ji Young gantung terbalik, karena ia tak ingin kembali bersedih melihat siapa sosok namja yang berada didalam lukisan tersebut. Orang yang sangat ia rindukan.
***
Kini Ji Young baru menyadari bahwa apa yang dulu seseorang yang sangat ia rindukan itu katakan, memang benar. Ia tak benar-benar meninggalkan Ji Young. Ternyata ia selalu ada disisi Ji Young, hanya saja tidak dalam wujud yang sama.
 Ji Young nampak tak percaya bahwa tuhan akhirnya benar-benar mengembalikan kebahagiannya. Seseorang yang sangat Ji Young rindukan itu, yang ia pikir tak akan pernah kembali berada disampingnya. Ternyata selama ini selalu ada di dekat Ji Young.
Gong Chan. Ia yang telah tuhan berikan pada Ji Young, untuk mengembalikan kebahagiaannya. Ia bahkan tak berbeda dari seseorang yang sangat Ji Young rindukan. Apa yang ia katakan, ia lakukan semunya nyaris tak berbeda dengan orang yang sering Ji Young sapa dengan panggilan chagiya.
            Air mata Ji Young tak henti-hentinya mengalir. “channie-ah maafkan aku”.
            Gong Chan kembali menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipi Ji Young. “gwaenchanayo, semuannya akan membaik dengan segera”. Gong Chan memeluk Ji Young.
            “aku tak seharusnya membiarkan masa lalu membuatku mengabaikan ketulusanmu”. Ji Young menyeka air matannya.
            “namun kini aku tau. Tuhan memberikan aku yang terbaik. Dia telah mengembalikan kebahagianku yang sempat hilang”. Ji Young tersenyum. “channie-ah. Kau lah yang tuhan berikan padaku untuk gantikan seseorang yang selama ini selalu aku rindukan”.
            Gong Chan menatap Ji Young dalam-dalam, lalu mendaratkan kecupan hangat dipuncak kepalanya.
            “saranghae....!!”. kata itulah yang kemudian keluar dari mulut Gong Chan.
            Ji Young tersenyum dan kembali memeluk erat Gong Chan. “nado...!!”. jawab Ji Young dengan nada berbisik didekat telinga Gong Chan.

Finish :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar